NAMA :
ATTRI ERISMAN
NIM/BP : 55057/2010
MATKUL : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
HARI :
RABU
DOSEN : ALDRI FRINALDI, S.H., M.Hum.
NIP :
197002121998021001
FOTO :
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SIM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap
orang berusaha untuk dapat memenuhi tugas dan dibebankan kepadanya dengan baik.
Dalam usaha memecahkan suatu masalah untuk menyelesaikan tugasnya, orang akan
membuat banyak keputusan. Mengambil
keputusan akan semakin rumit dengan keterbatasan informasi yang tersedia.
Apalagi informasi yang dibutuhkan tidak berasal dari pendukung (support system) yang mampu meningkatkan
pengambilan keputusan.
Dengan itu
hadirlah sistem informasi manajemen yang bertujuan antara lain sebagai berikut
: memenuhi kebutuhan informasi umum untuk semua manajer dalam suatu organisasi;
menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari
simulasi model matematika; menyediakan informasi yang dipergunakan dalam
perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan tindak lanjut;
menyediakan informasi yang dapat dipergunakan dalam kegiatan operasional dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen; menyediakan informasi setiap orang untuk
pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan akurat dalam memecahkan masalah
yang dihadapi oleh organisasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan penjelasan latar
belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah
bagaimana konsep pengambilan keputusan dalam sistem informasi manajemen.
C. TUJUAN
Setelah
membaca dan membahas makalah ini diharapkan kita mampu mengetahui dan memahami
konsep pengambilan keputusan dalam sistem informasi manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP TEORI
Ada
beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian sistem informasi manajemen,
antara lain :
1. David Kroenke menyatakan bahwa Sistem informasi
manajemen adalah pengembangan dan penggunaan sistem-sistem informasi yang
efektif dalam organisasi-organisasi.
2. Mc. Leod mendefiniskan sistem informasi
manajemen adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan
informasi bagi beberapa pemakai yang mempunyai kebutuhan yang serupa. Informasi
menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah
terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin
terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan
periodik, laporan khusus dan output dari simulasi matematika. Informasi
digunakan oleh pengelola maupun staf lainnya pada saat mereka membuat keputusan
untuk memecahkan masalah.
3. Stoner berpendapat bahwa sistem informasi
manajemen merupakan metode formal yang menyediakan informasi yang akurat dan
tepat waktu kepada manajemen untuk mempermudah proses pengambilan keputusan dan
membuat organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan , operasi secara efektif
dan pengendalian.
4. Ibnu Syamsi mengungkapkan sistem informasi
manajemen adalah jaringan informasi yang diperlukan pimpinan dalam menjalankan
tugasnya, terutama dalam mengambil keputusan, dimana sistem informasi manajemen
disamping diperlukan oleh pimpinan, juga dibutuhkan seluruh anggota organisasi
yang dipimpinnya.
5. Hershner Cross mengatakan sistem informasi
manajemen yang terpadu merupakan gabungan yang amat teratur dari pegawai,
perlengkapan dan fasilitas-fasilitas yang melakukan penyimpanan, pengambilan,
pengolahan, pengiriman dan peragaan data yang semuanya sebagai tanggapan
terhadap kebutuhan-kebutuhan para pembuat keputusan pada semua tingkat
organisasi dalam perusahaan.
6. Sherman Blumenthal mendefinisikan sebagai sesuatu
sistem keterangan yang mencangkup sarana-sarana untuk menghimpun, menyimpan,
memperbaharui dan mengambil data maupun berbagai sarana untuk mengubah data
menjadi informasi untuk dipergunakan manusia.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi manajemen merupakan jaringan prosedur pengolahan data yang
dikembangkan dalam suatu organisasi dan disahkan bila diperlukan untuk memberi
data kepada manajemen untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai
tujuan. Data tersebut diolah untuk menjadi sebuah informasi.
Setelah mengetahui pengertian sistem informasi manajemen,
selanjutnya kami akan menampilkan beberapa pengertian pengambilan keputusan
menurut beberapa ahli, antara lain :
1. G.
R. Terry mengungkapkan
pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Harold
dan Cyril O’Donnell berpendapat
bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu
cara bertindak yaitu inti dari suatu perencanaan, suatu rencana tidak dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Sondang
P. Siagian mendefenisikan
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.
4. Malayu
S.P Hasibuan
mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan
yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada
masa yang akan datang.
B. PEMAPARAN
MATERI
1. Kerangka
Dasar Proses Pengambilan Keputusan dan Hubungan Pengambilan Keputusan dengan
Sistem Informasi Manajemen.
Dalam manajemen, pengambilan
keputusan (decision making) memegang
peranan penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil
pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau organisasi yang
yang ia pimpin. Keputusan manajer sangat penting karena menyangkut semua
aspek. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai pada
kerugian materil. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam
pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang akan dilaksanakan.
Helbert A. Simon memperkenalkan
suatu model kerangka dasar proses pengambilan keputusan, yaitu :
a.
Pemahaman.
Menyelidiki lingkungan kondisi yang
memerlukan keputusan. Data mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk
dijadikan petunjuk yang dapat menentukan masalahnya.
b.
Perancangan.
Menemukan, mengembangkan dan
menganalisis arah tindakan yang mungkin dapat digunakan. Hal ini mengandung
proses untuk memahami masalah untuk menghasilkan cara pemecahan dan menguji
apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
c.
Pemilihan.
Memilih arah tindakan tertentu dari
semua arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
Dari
kerangka dasar pengambilan keputusan diatas maka dapat kita hubungkan dengan
sistem informasi manajemen melalui sebuah model sebagai berikut :
Tahapan Proses Pengambilan
Keputusan
|
Hubungan dengan Sistem Informasi
Manajemen
|
Pemahaman
|
Proses penyelidikan mengandung pemeriksaan data. Sistem
informasi manajemen harus memberikan dua cara khusus, yaitu : meneliti semua
data, mengajukan permintaan untuk diuji. Sistem informasi manajemen maupun
organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk masalah yang diketahui
dengan jelas, agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas, sehingga
masalah tersebut dapat ditangani.
|
Perancangan
|
Sistem informasi manajemen harus mengandung model
keputusan untuk mengolah data dan memprakasai pemecahan alternatif serta
membantu menganalis alternatif.
|
Pemilihan
|
Sistem informasi manajemen menjadi efektif apabila hasil
perancangan yang disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan
keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan, sistem informasi manajemen
berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian.
|
2. Tujuan
Pengambilan Keputusan.
Tujuan pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
a.
Tujuan
pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan,
tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
b.
Pengambilan
keputusan yang bersifat ganda, dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil
sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih.
3. Komponen
Pengambilan Keputusan.
Martin Starr menyebutkan unsur-unsur
atau komponen pembuatan keputusan yang berlaku umum sebagai berikut :
a.
Tujuan.
b.
Identifikasi
alternatif.
c.
Faktor
yang tidak dapat diketahui.
d.
Dibutuhkan
sarana untuk mengukur hasil yang dicapai.
4. Dasar
Pengambilan Keputusan.
Ada beberapa dasar pengambilan
keputusan, tergantung dari permasalahannya.
a.
Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi.
Keputusan yang diambil berdasarkan
institusi atau perasaan jelas lebih bersifat subjektif. Keuntungan dari
pengambilan keputusan ini sebagai berikut : dapat segera diputuskan, keputusan
intuitif ini lebih tepat untuk masalah-masalah kemanusiaan, pimpinan yang memiliki olah rasa yang baik
biasanya akan tepat mengambil keputusan. Sedangkan kelemahannya adalah : terkadang
kurang tepat dalam mengambil keputusan, sulit mengukur kebenarannnya.
b.
Pengambilan
keputusan rasional.
Keputusan yang bersifat rasional
banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi efesiennya.
c.
Pengambilan
keputusan berdasarkan fakta.
Keputusan yang berdasarkan fakta,
data dan informasi yang cukup merupakan keputusan yang baik, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup sering kali sulit. Untuk itu, dibutuhkan
tenaga yang terampil yang mampu mengolah data menjadi informasi yang baik.
d.
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman.
Pengalaman dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah. Melalui pengalaman, maka seseorang sudah dapat
menduga permasalahannya walau hanya sepintas lalu, dan mungkin ia sudah mungkin
dapat mennduga macam apa penyelesaian yang dianggap sebagai alternatif pemecahan
masalah.
e.
Pengambilan
keputusan berdasarkan wewenang.
Setiap pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya
tujuan organisasi dengan baik dan efesien.
5. Faktor-faktor
Pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dipengaruhi
beberapa faktor antara lain :
a.
Keadaan
intern organisasi.
Keadaan intern organisasi meliputi :
dana yang tersedia, kemampuan karyawan, kelengkapan peralatan, struktur
organisasi, dan lain sebagainya.
b.
Ketersediaan
informasi yang diperlukan.
Untuk menyelesaikan masalah dalam
organisasi, maka perlu dikumpulkan data yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Data tersebut diolah menjadi informasi yang lengkap, sehingga dapat diambil
keputusan dengan baik.
c.
Keadaan
ekstern organisasi.
Dalam organisasi terbuka, kegiatan
organisasi tidak terlepas dari pengaruh luar. Oleh kerana itu, pengambilan
keputusan haruslah mempertimbangkan lingkungan di luar organisasi.
d.
Kepribadian
dan kecakapan pengambil keputusan.
Tepat tidaknya keputusan yang
diambil juga sangat tergantung kecakapan dan kepribadian pengambil keputusan.
Hal ini meliputi : penilaiannya, kebutuhannya, tingkatan intelegensinya,
kapasitasnya, kapabilitasnya, ketrampilannya dan lain-lain.
6. Macam
Pengambilan Keputusan.
Pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara individual dan dapat juga secara berkelompok.
a.
Keputusan
yang dibuat seseorang.
Keputusan yang dibuat oleh seseorang
memiliki kebaikan antara lain : keputusan cepat diambil, tidak terjadi silang
pendapat. Sedangkan kelemahannya terdapat pada : keterbatasan kemampuan
pemimpin, keputusan yang cepat diambil biasanya kurang tepat dan jika terjadi
kesalahan pada keputusan tersebut, maka tanggung jawab seorang pimpinan seorang
diri.
b.
Keputusan
kelompok (group decision)
Dalam organisasi yang besar,
pemecahan masalah atau pencapaian tujuan tertentu harus dilakukan oleh
sekelompok pimpinan yang merupakan suatu tim. Adapun kebaikan dari pengambilan
keputusan secara berkelompok ini antara lain : tanggung jawab pimpinan menjadi lebih
ringan, pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada pikiran seorang diri,
rasa tanggung jawab bersama yang terbangun dalam bentuk keputusan kelompok,
hasil pemikiran yang saling melengkapi, dan pertimbangan yang lebih matang.
Sedangkan kelemahannya antara lain :
jika tidak ada kesepakatan maka akan timbuh perselisihan, memakan waktu yang
lama, kalau terjadi kesalahan dalam keputusan maka akan saling melemparkan
kesalahan.
7. Proses
Pengambilan Keputusan.
Ada beberapa pendapat ahli mengenai
proses pengambilan keputusan, antara lain :
a.
Herbert
A. Simon mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga
langkah, yaitu : kegiatan intelijen (menyangkut berbagai kondisi lingkungan yang
diperlukan bagi keputusan), kegiatan desain (tahap ini menyangkut pembuatan
pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin
dilakukan) dan kegiatan (pemilihan (pemilihan serangkaian kegiatan tertentu
dari alternatif yang tersedia).
b.
Scott
dan Mitchell,
Proses pengambilan keputusan meliputi: Proses pencarian/penemuan tujuan,
formulasi tujuan, pemilihan alternatif,
mengevaluasi hasil-hasil.
c.
Elbing mengungkapkan ada lima langkah
dalam proses pengambilan keputusan, yaitu : identifikasi dan diagnosa masalah,
pengumpulan dan analisis data yang relevan, pengembangan dan evaluasi
alternatif–alternatif, pemilihan alternatif terbaik, implementasi keputusan dan
evaluasi terhadap hasil-hasil.
d.
George R. Terry merumuskan proses pengambilan
keputusan sebagai berikut : merumuskan
problem yang dihadapi, menganalisa problem tersebut, menetapkan sejumlah
alternatif, mengevaluasi alternatif, memilih alternatif keputusan yang akan
dilaksanakan.
e.
Peter Drucher memberikan pendapatnya mengenai
proses pengambilan keputusan : menetapkan masalah, menganalisa masalah,
mengembangkan alternatif, mengambil keputusan yang tepat dan mengambil
keputusan menjadi tindakan efektif.
Akan
tetapi, pengaruh lingkungan akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Karakteristik utama lingkungan yang tidak
ada kepastian menyulitkan kita untuk mengetahui pasti apa yang akan terjadi di
masa akan datang.
8. Pedoman
Cara Pengambilan Keputusan.
Pengambilan
keputusan yang benar-benar tepat itu sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan
keputusan yang efektif dapat diberikan seperti dibawah ini :
a.
Mengetahui
penyebab masalah.
b.
Mengetahui
akibatnya kalau masalah itu dibiarkan berlarut-larut.
c.
Merumuskan
masalah yang jelas.
d.
Mengusahakan
bahwa tujuan keputusan itu tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
e.
Melibatkan
bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
f.
Harus
yakin bahwa pelaksanaan keputusannya akan berhasil baik.
g.
Menilai
hasil pelaksanaannya.
h.
Pendekatan
yang fleksibel.
9. Teori
Pengambilan Keputusan.
a. Teori klasik.
Menurut
teori klasik, pengambilan keputusan itu haruslah bersifat rasional. Keputusan
diambil dalam situasi yang serba pasti, pengambil keputusan harus memiliki
informasi sepenuhnya dan menguasai permasalahan.
b. Teori perilaku.
Teori
ini mendasarkan diri pada keterbatasan kemampuan pimpinan untuk berfikir
rasional dalam mengatasi masalah. Dari informasi yang ada dan beberapa
alternatif yang tersedia, maka pimpinan telah merasa puas dengan salah satu
alternatif pemecahan masalah.
10. Model
Pengambilan Keputusan.
Mengenai klasifikasi model pengambilan
keputusan, ada beberapa model yang bisa digunakan antara lain :
a. Model kuantitatif.
Model kuantitatif (dalam hal ini
model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam
serangkaian hubungan matematis yang pasti.
b. Model kualitatif.
Model ini didasarkan pada
asumsi-asumsi yang ketepatan nya agak kurang jika dibandingkan dengan model
kuantitatif dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai
proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
c. Model probabilitas.
Maksud dari probabilitas disini
adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu.
d. Model matriks.
Model ini menyajikan kombinasi
antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
e. Model pohon keputusan.
Model pohon keputusan merupakan
suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci
masalah-masalah yang akan dihadapi kedalam komponen-komponen yang kemudian
dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan serta konsekuensi masing-masing.
f. Model simulasi komputer.
Model ini merupakan tiruan dari
permasalahan yang sebenarnya.
11. Jenis-jenis
Pengambilan Keputusan.
Dalam
buku Understanding and Managing
Organizational Behavior, M.J. George dan G.R. Jones pada tahun 2008,
terdapat dua jenis pengambilan keputusan yang mendasar, yaitu non-Programmed Decision Making
(pengambilan keputusan tidak diprogram) dan Programmed
Decision Making (pengambilan keputusan diprogram).
a.
Programmed Decision
Seringkali situasi yang dihadapi
oleh pengambil keputusan dalam sebuah organisasi merupakan situasi yang sudah
pernah terjadi sebelumnya dan muncul kembali secara berulang-ulang. Untuk
menghadapi situasi tersebut, organisasi menggunakan apa yang disebut Performance Program, yaitu sebuah
prosedur standar dan terstruktur dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi
situasi tertentu. Pengambilan keputusan seperti inilah yang disebut dengan Programmed Decision. Hal ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan secara cepat tanpa
harus mencari informasi, mempertimbangkan alternatif dan berbagai hal lainnya
yang memakan waktu. Meski demikian, manajer harus waspada kapan saatnya
menyesuaikan Performance Program
karena organisasi harus dapat merespon terhadap lingkungan yang dinamis dan
berubah-ubah. Performance Program
yang efektif dipakai saat ini misalnya, mungkin tidak efektif lagi untuk
dipakai dua tahun mendatang. Contohnya adalah penetapan gaji pegawai, prosedur
penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya.
b. Non-Programmed
Decision Making
Pengambilan keputusan yang merespon terhadap sebuah situasi
baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya disebut sebagai non-programmed decision making. Pengambilan keputusan tipe ini
mengharuskan pengambil keputusan mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk
dapat mengambil keputusan yang terbaik diantara alternatif-alternatif yang ada.
Mengingat lingkungan bisnis masa kini yang terus berubah-ubah dengan cepat dan
penuh dengan ketidakpastian, manajer akan banyak menghadapi non-Programmed Decision. Situasi non-programmed decision tertentu yang
terjadi secara berulang-ulang dapat dikembangkan menjadi Programmed Decision apabila manajer cermat dan mampu membuat Performance
Program yang tepat. Contohnya adalah pengalokasian sumber daya-sumber daya
organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang modern dan
sebagainya.
12. Tahap-tahap
Pengambilan Keputusan.
Menurut Simon ada empat tahapan yang harus dilakukan manajer
untuk memecahkan masalah, yaitu :
a. Aktifitas/Kegiatan intelijen
Mengamati lingkungan mencari kondisi-kondisi yang
perlu diperbaiki
b. Aktifitas perancangan/Kegiatan
merancang
Menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai
alternatif tindakan yang mungkin.
c. Aktifitas pemilihan/Kegiatan memilih
Memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari
beberapa yang tersedia
d. Aktifitas kajian/Kegiatan menelaah
Menilai pilihan-pilihan yang lalu.
13. Sistem
Pendukung Keputusan (Decision Support Systems).
Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif
yang mendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui
alternatif-alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan
rancangan model. Menurut Keen dan Scoot Morton : “ Sistem pendukung keputusan merupakan penggabungan
sumber-sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki
kualitas keputusan. Sistem pendukung keputusan juga merupakan sistem informasi
berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah-
masalah semi struktur “.
Dengan
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan
merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu
pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang
telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang
suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan
keputusan.
Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat
ditentukan karakteristik antara lain :
a. Mendukung proses pengambilan
keputusan, menitik beratkan pada management
by perception.
b. Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (user) tetap memegang kontrol proses pengambilan keputusan.
c. Mendukung pengambilan keputusan
untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur.
d. Memiliki kapasitas dialog untuk
memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.
e. Memiliki subsistem–subsistem yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item.
f. Membutuhkan struktur data
komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan
manajemen.
14. Pengolahan
Data Elektronik
Pengolahan data menggunakan komputer dikenal dengan nama
Pengolahan data elektronik atau Electronic
data processing (EDP). Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari
suatu kenyataan. Pengolahan data (data
processing) adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti, berupa suatu informasi. Pengolahan Data elektronik adalah
proses manipulasi data ke dalam bentuk yang lebih berarti berupa informasi
dengan menggunakan suatu alat elektronik yaitu komputer. Pengolahan data
elektronik memiliki siklus, siklus pengolahan data elektronik terdiri dari tiga
tahapan dasar yaitu : Input, Processing,
Output.
C.
STUDI KASUS
Kartu Pegawai Elektronik (KPE)
Sebelumnya kartu Pegawai atau Nomor
Induk Pegawai di keluarkan sesuai kode instasi masing tapi sejak tahun
2008/2009 berubah menjadi sesuai tahun lahir dan tahun pengangkatan pegawai
tersebut mengapa?
1. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang melandasi dan menjadi acuan dalam
rangka pelaksanaan implementasi KPE adalah sebagai berikut :
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian Pasal 12 Ayat (2) yaitu mewujudkan PNS yang profesional dan
sejahtera serta memiliki misi yaitu menyelenggarakan manajemen PNS berbasis
kompetensi untuk mewujudkan PNS yang profesional dan sejahtera. Peraturan
Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil,
petunjuk pelaksanaan konversi NIP.
Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang tata
cara permintaan, penetapan dan penggunaan nomor identitas pegawai negeri sipil,
pedoman pelaksanaan permintaan, penetapan dan penggunaan NIP. Peraturan Kepala
BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik, Petunjuk pelaksanaan penerbitan KPE.
2. DEFINISI
PNS Pusat dan PNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999, termasuk CPNS. KPE Kartu
Identitas PNS yang memuat data PNS dan keluarganya secara elektronik. KPE
Tambahan : Diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang
bersangkutan pensiun dan KPE tambahan diberikan pula pada suami/isteri dan anak
dari penerima pensiun PNS.
KPE dibuat dengan warna dasar kuning
dalam bentuk persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut : Panjang 85,60 mm,
, Lebar 53,98 mm, Tebal 0,7 mm.
Bagian depan
KPE berlatar belakang peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatasnya terdapat : Gambar burung Garuda Pancasila, Tulisan BADAN KEPEGAWAIAN
NEGARA, Tulisan KARTU PNS ELEKTRONIK (KPE), Microchip warna kuning emas serta
Nama, NIP, dan foto pemilik KPE. Tempat dan tanggal ditetapkannya KPE. Dalam
microchip memuat data elektronik pemilik KPE antara lain : data kepegawaian,
sidik jari, data keluarga, nama jabatan. Memory Usage KPE (Bytes), Main Card
for PNS 9.015-14,08% (dari 64 Kb) Additional Data for Spouse s6.378–9,96%
(dari64 Kb), Additional Data for Children 6.362-9,94% (dari 64 Kb)
Biometric Data Picture & FP Aprox. 30 Kb atau 46% (dari 64 Kb).
Biometric Data Picture & FP Aprox. 30 Kb atau 46% (dari 64 Kb).
3. PEMANFAATAN KPE
a. Pengganti
Kartu Pegawai (Karpeg)
b. Pengganti Kartu Kuning (ASKES)
c. Pengganti
Kartu Pensiun (Taspen)
d. Kartu
Layanan Taperum (Bapertarum)
e. Dompet
Elektronik (e-wallet)
f. Penghitungan
Gaji dan Belanja Pegawai (Departemen Keuangan): PerMen Keuangan Nomor 96 /
PMK.02 / 2006 tgl 16 Oktober 2006 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2007
(antara lain : Perjalanan Dinas, Biaya Akomodasi)
g. KPE dapat
dikembangkan untuk fasilitas layanan lainnya (Parkir, Presensi, Akses Kontrol)
4. MANFAAT KPE
BAGI PNS
a. Mendapat
kepastian fasilitas ASKES yang diperoleh
b. Mendapat
kepastian besarnya tunjangan hari tua yang akan diperoleh dari Taspen
c. Dapat
mengetahui profil dan updating data kepegawaian melalui KPE
d. Dapat
mengetahui fasilitas bantuan Taperum
e. Mendapatkan
kemudahan dalam pelayanan transaksi bank dan pembayaran gaji
f. Meningkatkan
kesejahteraan PNS melalui cash back penggunaan KPE dalam transaksi di Merchant
g. Dapat
memanfaatkan anjungan KPE (e-Kios) yang tersedia di kantor PNS untuk berbagai
macam transaksi yang pada gilirannya akan meningkatkan jam kerja produktif PNS
h. Khusus
untuk PNS di DKI Jakarta, KPE dapat digunakan untuk alat pembayaran
Bus Way, Karcis Ancol,Parkir dan sebagainya KPE tidak Membebani PNS, tetapi
sebaliknya memberikan kemudahan.
5. STRATEGI DAN
IMPLEMENTASI JANGKA PENDEK
Diperlukan data-data detil dari daerah:
a. Jumlah
kantor pemerintah
b. Jumlah PNS,
Statistik gaji dan perjalanan dinas
c. Detil
Realitas Rencana Anggaran Biaya Implementasi dan Pendapatan
d. Implementasi
pembayaran gaji dan perjalanan dinas di pusat dan daerah di lokasi yang mudah
implementasinya.
e. Implementasi
di ASKES, Bapertarum dan TASPEN, Rumah Sakit Umum Daerah, Kantor Taspen, Kantor
Bapertarum.
6. MANFAAT BAGI
ASKES
a. Otentikasi
Pelayanan Kesehatan
b. Minimalisasi
Penyalahgunaan
c. Verifikasi
dan Monitoring Klaim dari Rumah Sakit, Apotik dan Puskesmas
d. Kajian
Medical Record PNS
e. Efisiensi
Infrastruktur Pelayanan
f. Otomatisasi
Pelaporan dan Klaim berdampak kepada penghematan keuangan negara
g. Database PNS
yang terintegrasi dengan BKN
h. Perencanaan
kebijakan bagi Stakeholder
D.
ANALISIS STUDI KASUS
Setelah kita membaca studi kasus diatas maka
dapat kami analisa bahwa Kartu Pegawai Elektronik (KPE) merupakan salah satu
sistem informasi manajemen yang dibuat berdasarkan keputusan BKN nomor 7 tahun
2008 guna menvalidasi seluruh data tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS) seluruh
Indonesia yang akan bermanfaat bagi Pemerintah sebagai stakeholder pembuat
kebijakan maupun PNS sendiri untuk mendapatkan hak-hak nya.
Dasar
pengambilan keputusan secara rasional, fakta dan wewenang merupakan latar
belakang pembuatan KPE. Pengambilan keputusan pembuatan KPE dipengaruhi
beberapa faktor antara lain :
a.
Keadaan
intern organisasi
Dalam hal ini
meliputi : anggaran yang tersedia, kemampuan PNS, kelengkapan peralatan
dan sarana, struktur organisasi, dan lain sebagainya.
b.
Ketersediaan
informasi yang diperlukan
Untuk menyelesaikan masalah dalam kepegawaian, maka perlu
dikumpulkan data yang berkaitan dengan masalah tersebut. Data tersebut diolah
menjadi informasi yang lengkap, sehingga dapat diambil keputusan dengan baik.
Mengenai
klasifikasi model pengambilan keputusan, pada contoh kasus tersebut terlihat
Pemerintah menggunakan model pohon keputusan. Dimana Pemerintah merinci
permasalahan yang dihadapi PNS selama ini dan dibuatkan alternatifnya melalui
KPE. Sedangkan jenis pengambilan keputusan pembuatan KPE ini adalah Programmed Decision Making (pengambilan
keputusan diprogram). Kerana masalah administrasi kepegawaian sudah banyak
sekali terjadi dan berulang-ulang, maka dari itu Pemerintah memprogramkan
pembuatan KPE.
Sistem
pendukung keputusan pada program KPE ini adalah Undang-Undang dan peraturan
kepegawaian yaitu : Undang-
Undang Nomor 43 tahun 1999, Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007, Peraturan
Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 dan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008. KPE
merupakan bentuk dari Pengolahan Data Elektonik yang merupakan proses manipulasi data ke dalam
bentuk yang lebih berarti berupa informasi dengan menggunakan suatu alat
elektronik.
Terlepas
dari berhasil atau tidaknya pembuatan KTE ini, kita tentu mengharapkan program
ini dapat berjalan dengan baik dan mampu menjadi jalan keluar dalam permasalah
kepegawaian di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan salah
satu alat untuk mencapai tujuan organisasi. Salah mengambil keputusan dapat
berakibat pada organisasi yang dapat dirasakan langsung dan mempengaruhi
pengambilan keputusan dimasa datang. Pengambilan keputusan merupakan proses
identifikasi berbagai alternatif solusi terhadap permasalahan organisasi.
Sistem informasi manajemen
menyediakan informasi setiap orang untuk pengambilan keputusan dengan lebih
tepat dan akurat dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi.
B.
SARAN
Setiap pembuat
kebijakan hendaklah mengetahui konsep dasar pengambilan keputusan agar tidak
merugikan organisasi yang dipimpinnya maupun orang yang terdapat pada
organisasi tersebut. Pengambilan keputusan sebaiknya berdasarkan sistem
informasi manajemen, kerana pada sistem informasi manajemen terdapat data yang
akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar